MENCARI HIDAYAH

Baca selengkapnya »

Suatu ketika ada orang yang sedang berjualan di pinggir jalan. Tak lama kemudian berkumandang adzan dhuhur di Masjid dekat jalan tersebut. Penjual tersebut langsung bergegas memberesi daganganya dan segera berjalan menuju masjid tersebut hendak menunaikan shalat dhuhur. Ketika ia baru dapat setengah jalan, dia melihat penjual lainnya masih duduk-duduk didepan warungnya sembari menunggu pembeli. Penjual itu terus menghampiri penjual yang duduk di depan warung tadi, dia mengajak saudaranya itu untuk sama-sama ke Masjid mengikuti shalat dhuhur berjamaah. Namun bukanyya dia mau, tapi malah marah-marah dan berkata : “Besuk kalau saya sudah mendapat hidayah dari Allah saya pasti akan bisa seperti kamu. Saya akan ikut shalat berjamaah dimasjid bersamamu. Tapi sekarang saya masih menunggu hidayah itu datang.” Mendengar jawaban saudaranya itu penjual tadi langsung menggelengkan kepala dan bergegas untuk kembali menuju Masjid.

Mungkin diantara kita juga pernah atau bahkan sering mendengar kalimat seperti yang dilontarkan penjual dalam cerita diatas. Sungguh sebuah jawaban yang disampaikan tanpa beban dan seolah jawaban tersebut adalah jawaban yang memang sepatutnya untuk di bicarakan. Itulah realita yang terjadi pada masyarakat kita, masyarakat masih banyak beranggapan bahwa hidayah adalah suatu hal yang akan datang dengan sendirinya tanpa dibarengi dengan usaha yang sebanding. Mereka memahami bahwa jaln hidup mereka sudah ditentukan semenjak lahir tanpa kita diberi pilihan untuk menentukan jalan hidup mereka. Kita tinggal menunggu hidayah itu datang dan pada saat itu juga kita akan segera bertaubat dan kembali kejalan takwa.
Lalu apakah benar hidayah itu adalah suatu yang akan datang dengan sendirinya?
Apakah hanya dengan duduk-duduk sembari minum kopi kita bisa mendapatkan hidayah tersebut?

Ada hal penting yang selama ini dilupakan, Apa itu? Kita semua sering lupa bahwa mnanusia adalah mahluk yang diberi akal yang menjadi pembeda antara manusia dan binatang. Manusia dikaruniai akal untuk berfikir.
Terus apa hubungan akal dan hidayah?
Hubunganya sangat erat, akal juga salah satu hidayah yang sangat berharga dan sangat penting bagi manusia. Dengan akal kita mampu berfikir, kita mampu mengetahui mana yang halal dan mana yang haram dan dengan akal juga kita semua dituntut untuk mempelajari ilmu agama yang telah diterangkan dalam Al KItab. Itu yang selama ini kita lupakan, kita tidak pernah berfikir bahwa kita sebenarnya telah diberi hidayah yang sangat berharga tersebut. Dengan akal kita mempunyai kemampuan untuk memahami dan mempertimbangkan. Dengan demikian kita tidak seharusnya mempunyai pemikiran bahwa hidayah datang dengan sendirinya dan seakan kita memahami bahwa hidup kita sudah ditentukan apakah kita akan menjadi orang yang dijalan Allah atau di jalan Setan tanpa kita diberi pilihan dan diberi kesempatan untuk merubahnya.

Allah berfirman dalam surat Ar Ra’ad 11 ;


Artinya “…. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada dirinya…..”

Dari ayat diatas sudah jelas bahwa kita dituntut untuk merubah keadaan kita sendiri, karena Allah tidak akan begitu saja merubah keadaan kita tanpa kita berusaha untuk merubahnya.


Juga dalam firman Allah dalam Surat Ali Imron 190

Artinya : “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal.’

Dari ayat diatas membuktikan bahwa akal sangat penting dalam menunjang keimanan dan ketakwaan kita. Dalam berakidah kita harus menggunakan akal kita agar memperoleh kadar keimanan yang tinggi. Kita dalam beraqidah tidak boleh hanya sekedar mengikuti apa yang dikatakan para kiai kita (bertaklik), tapi juga harus menggunakan akal kita apakah semua itu benar-benar sudah sesuai dengan perintah Allah atau belum jangan sampai kita mempunyai akidah yang salah karena kita senantiasa hanya berdiam dan menuruti kata-kata orang yang kita percaya tanpa menggunakan akal kita.

Selain itu dengan akal, kita juga mampu memahami ayat-ayat Al Qur,an mampu mengerti dan mempertimbangkan mana yang hak dan mana yang batil, mana yang halal dan mana yang haram.
Firman Allah surat Al Balad 10 ;

“Telah kami tunjukan padanya dua jalan hidup.”

Allah telah memberi kita pilihan dua jalan hidup, jalan kebaikan menuju surga dan jalan keburukan menuju neraka. Dengan akal kita harusnya bisa memahami, mengerti serta mempertimbangkan jalan manakah yang harus kita ambil, selanjutnya kita harus mencari tahu manakah jalan yang baik dan jalan yang buruk. Terus bagaimana cara agar kita tahu mana yang baik dan mana yang buruk ? Tentunya untuk mencari tahu hal tersebut kita akan menggunakan akal kita juga. Tinggal apakah kita mau menggunakan akal kita atau tidak.

Akal juga mempunyai kemampuan untuk mengetahui, serta memahami mana perbuatan maksiat dan mana perbuatan yang taqwa, mana yang halal dan mana yang haram.
Allah berfirman dalam surat Asy Syams 8 ;

“Lalu memberikan kepada jiwa manusia potensi untuk mengerjakan yang maksiat dan taqwa.”

Setiap manusia pasti mempunayi potensi untuk bertaqwa ataupun bermaksiat. Yang jadi persoalan dasar adalah terlebih dahulu kita harus bisa mengetahui dan selanjutnya menentukan mana perbuatan yang maksiat dan mana yang taqwa. Setelah itu kita baru benar-benar bisa yakin bahwa jalan yang kita ambil adalah jalan taqwa, jangan sampai kita salah dalam memahami mana yang perintah dan mana yang merupakan larangan. Maha besar Allah yang telah memberi kita potensi yang sangat luar biasa hebat, yaitu akal. Suatu hidayah yang sangat berguna untuk kita dalam mencari ridho Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dengan demikian marilah kita benar-benar menggunakan akal kita disetiap perbuatan yang kita lakukan, jangan sampai kita terjerumus dalam kemaksiatan.

Allah Berfirman dalam surat Al Hijr 92-93
“Demi Tuhanmu, Nanti akan kami tanyai mereka semuanya. Tentang apa yang mereka kerjakan.”

Allah akan mengetahui segala apapun yang kita perbuat di dunia ini, kelak Allah akan menayai kita di akhirat dan akan memberi pembalasan atas segala yang telah kita lakukan. Untuk itu marilah kita senantiasa menggunakan akal kita untuk mempelajari lebih jauh tentang islam, tentang perintah dan laranngan Allah serta memilah mana yang harus kita kerjakan dan mana yang harus kita tinggalkan. Jangan sampai kita tidak menggunakan akal kita dalam menjalani kehidupan ini, jangan sampai kita hanya mengandalkan perasaan dan hawa nafsu saja karena semua itu sangat bebahaya. Semoga kita mampu mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Amin.
Baca selengkapnya »